Kisah Sang Malam



Kepekatannya yang muram, hawa dinginnya yang menusuk, sama sekali tak dapat mengalahkan rasa dukanya. Hatinya diselimuti awan kelabu. Bagaimana tidak? Dulu sang malam adalah makhluk istimewa, melalui dirinyalah mutiara dan berlian kehidupan tersingkap dan  doa-doa terijabah.

Tapi kini, taburan mutiara dan kilauan berlian itu berhambur, tersia bersama dengkuran pecinta-pecinta dunia. Kini, dengan hati yang terkecewa dengan sangat, sang malam ingin sampaikan tentang dirinya pada manusia-manusia itu. Pada setiap manusia yang memeluk erat bantal dan gulingnya, bergeliat manja dibalik selimut-selimut hangatnya. Bersembunyi dibalik rapat pintu kamar mereka.

Padahal sang malam telah menyerukan dibalik keheningan dan kepekatannya bahwa dialah pembawa cinta suci Allah dan Rasul-Nya. Pembawa pesan dari Rasululullah Muhammad bahwa Sesungguhnya di surga terdapat sebuah kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Yang disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.
...

Ada rasa rindu yang meraksasa pada hati sang malam, rindu pada sahabat Rasulullah yang mulia, Abu Hurairah RA. Karena Abu Hurairahlah perindu tak terperi sang malam. Ketika sepertiga diri sang malam hadir, itulah kenikmatan terbesar bagi Abu Hurairah. Kenikmatan itu tak serta merta dikecap sendiri, Abu Hurairah bagi malam-malam penuh syahdu itu menjadi tiga. Untuk dirinya, istrinya yang sangat beliau cintai, dan pelayannya yang beliau kasihi. Usai dari salah satu mereka mendirikan sholat, maka mereka bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya.


Sang malam pun masih ingat betul ketika dirinya menjadi bagian rahasia antara Nuruddin Mahmud Zanki dan Rabbnya. Sang penakluk kepongahan pasukan salib itu bukan menang karena pasukannya yang banyak, tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan, ucap para pasukan salib dalam sebuah kesempatan perbincangan. Sang malam tersenyum, pasukan salib itu benar, kemenangan yang diraih Nuruddin Zanki adalah karena do'a dan sholat-sholat malamnya yang penuh kekhusyu'an. Bahkan Ibnu katsir pun berkata, ”Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar.” maka, kemenangan demi kemenangan pun diraih bersama para pasukannya.

Khotun binti Atabik, permaisuri hati Nuruddin Muhammad Zanki. Malam-malam mereka adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai cinta Tuhan. Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik mereka saat mendung di mata jatuh berderai dalam sujud yang panjang.

Hingga suatu ketika sang permata hati tersebut tampak murung. Melihat hal tak wajar ini Nuruddin bertanya, “apa gerangan yang membuat mu resah?” Ya Alloh ternyata dia tertidur, tidak bangun pada saat sepertiga dari sang malam hadir sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Nuruddin menyesal karena telah membuat belahan jiwanya bersedih hati. Segera setelah peristiwa itu dia bayar penyesalannya dengan mengangkat seorang pegawai khusus. Pegawai itu dia perintahkan untuk menabuh genderang agar dia dan istrinya terbangun di sepertiga kehadiran sang malam.
...


Dahulu, sudah terlalu sering sang malam bercengkerama bersama para manusia-manusia pengukir sejarah emas peradaban. Sang pembebas Al Aqsho, Salahuddin Al Ayubi adalah salah satunya. Orang-orang yang hidup di zamannya, mengenal Salahuddin Al Ayubi tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama'ah. Kesenangannya adalah mendengarkan bacaan Alqur'an yang indah dan syahdu. Ketika diri sang malam hadir adalah saat yang paling dia tunggu. Saat-saat dimana Salahuddin Al Ayubi mengiba dan berkeluh kesah dengan Alloh. Sedangkan siang harinya adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintanya pada sang Rabb.

Selainnya adalah penakluk konstantinopel yang belia, Muhammad Al Fatih. Sehari sebelum penaklukan, sang panglima memerintahkan pasukannya berpuasa di siang hari. Dan disaat diri sang malam hadir, bersama seluruh pasukan dia bermunajat penuh harap akan pertolongan Alloh. “Jika Alloh memberikan kematian pada mereka pada siang hari disaat mereka berjuang, maka kesyahidan itulah harapan terbesarnya. Biarlah siang hari berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam mereka.” Ucap sang panglima dalam doa khusyunya.

Dipenghujung diri sang malamlah Imam Nawawi mencipta karya-karyanya. Ribuan halaman tercipta sudah. Hingga di suatu hari sang murid bertanya, “Kapan engkau beristirahat?” lalu Imam Nawawi jelakan pada muridnya, “Jika aku mengantuk, maka aku hentikan sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.” Imam Nawawi telah memilih menjadikan diri sang malam sebagai waktu berkarya. Dan lihatlah dengan keheningan sang malam kini karyanya menebar manfaat ke seluruh dunia.
...
Tapi kini, dibalik kecintaan dunia yang makin mengakar menggenggam jiwa manusia. Hari sang malam remuk redam, menahan kecewa. Maka luka sang malam makin menganga ketika dia tahu bahwa bagian dirinya bahkan menjadi fase waktu yang favorit untuk melakukan kemaksiatan. Perzinahan, transaksi narkoba, semuanya hadir di malam-malam yang dingin.


Kini tak ada yang paling dirindukan sang malam kecuali para manusia-manusia malam. Dunia tak ada lagi artinya bagi mereka, sang malamlah yang memberi mereka kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi mereka adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Telah mereka temui cahaya disana, disepertiga diri sang malam. Karena disepertiga malamlah merdunya firman Allah terhampar, "Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni.” Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.

Fajar hadir, mengganti kemuraman malam. Tapi dibalik terangnya, sang fajar alami luka yang sama seperti diri sang malam. Disiakan, disalahgunkan para manusia yang terkadang lebih sesat dari hewan ternak sekalipun. Entah sampai kapan?
Cilegon, 23 Shofar 1431

One Response to Kisah Sang Malam

Anonim mengatakan...

The King Casino Review - CommunityKhabar Community
The King Casino is an established casino on the Isle of 더킹카지노 Man. The site was established in 2004 and is owned dafabet by GVC Holdings. The site's 메리트카지노