Menderita
tanpa mengiba, belajar menderita tanpa mengeluh,
menatap rasa sakit tanpa
membencinya.
Ada saatnya dalam kehidupan seseorang
ketika dia harus melepaskan
rasa sakit
seakan dia melepaskan pakaian kotor.
(Vincent Van Gogh)
Membaca sebuah novel biografi menciptakan kesenangan sendiri. Selain kita tidak dihantui rasa jenuh dalam membaca sebuah biografi kita juga akan di sajikan dengan keindahan sentimentil khas sastra. Dan Irving Stone telah menggambarkan jalan hidup salah satu pelukis terbaik dunia, Vincent Van Gogh dengan teratur dan indah dalam sebuah novelnya; Lust of life. Membaca novel Lust of Life karya Irving Stone membuat saya ikut merasakan tiap kepiluan, ketakutan dan kecemasan yang dialami Van Gogh dalam hidupnya yang begitu naas. Seorang pelukis berbakat yang terasing selama hidupnya.
Dalam
perjalanan hidup Van Gogh terungkap jelas, bahwa sudah semestinya seseorang
hanya mengekspresikan apa yang diminati oleh dirinya. Sekalipun terlambat
menyadarinya, Van Gogh tetap berjuang membuktikan pada dunia bahwa dirinya
adalah pelukis sejati. 10 Tahun melukis dengan hanya 1 lukisan terjual tidak
membuat seorang van gogh ragu dengan bakatnya. Satu-satunya penghalang van gogh
adalah kegersangan ide saat semua hal telah dia lukis. dan bagi seorang
pelukis, tanpa ide-ide atau imajinasi berarti adalah kematian yang
sesungguhnya.
kemampuan Van Gogh dalam mengelola rasa sakit dan keterasingan yang di perolehnya
menciptakan pribadi yang kuat. Seakan Van Gogh ingin berkata-kata pada kita,
cintailah rasa sakit itu, janganlah mengeluh, nikmati dan hayati. Karena dari rasa
sakit itulah inti kehidupan akan diperoleh.