Membangun Indonesia Bersih: Peran Pemuda Islam Dalam Pemberantasan Korupsi

1.      Definisi Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu corruptio atau corruptus. Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin lain yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptie, korruptie. Dari bahasa Belanda itulah kata itu turun ke Bahasa Indonesia menjadi korupsi.
Brooks mengemukakan korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban atau tanpa hak menggunakan kekuasaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi. Syed Hussein Alatas dalam The Sociology of Corruption (1980) mengatakan ciri-ciri korupsi ringkasnya sebagai berikut:
a.               Suatu penghianatan terhadap kepercayaan
b.               Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umumnya
c.               Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus
d.           Dilakukan dengan rahasia kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu
e.               Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak
f.                Adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau yang lain
g.              Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya
h.               Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum
i.                 Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi
Defenisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh
bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara, penyuapan, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi.

Baca selengkapnya »

Dr. Muhammad Yunus: Berjuang Memuseumkan Kemiskinan

One day our grandchildren will go to museums to see what poverty was like” 
(Muhammad Yunus, The Independent, May 5th 1996)
 

Perjuangan 30 tahun lebih mengentaskan kemiskinan kini telah menampakkan hasil. Itulah gambaran perjuangan tanpa kenal lelah yang dilakukan Muhammad Yunus, seorang dosen ekonomi yang kemudian mengabdikan hidupnya dengan mendirikan bank untuk mengentaskan kemiskinan di negaranya, Bangladesh, dengan nama Grameen Bank atau bank desa. Berkat perjuangan tanpa kenal lelah dan penuh ketulusan, ia telah mendapat penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006 lalu, meski ia bukanlah seorang negarawan atau politikus, sebagaimana yang selama ini mendominasi penerima Nobel tersebut.
Ia mendapatkan penghargaan tersebut bukan pada upayanya mendamaikan peperangan yang berkecamuk di dunia, tapi berkat perjuangannya memenangkan peperangan melawan kemiskinan. Sebab, menurut pihak pemberi hadiah Nobel, perdamaian yang berkesinambungan tidak akan dapat dicapai kecuali populasi dalam jumlah besar menemukan cara untuk keluar dari kemiskinan, dan itulah yang dirintis Yunus sejak tahun 1974 silam.

Kelahiran Bankir untuk Orang Miskin
Muhammad Yunus dilahirkan di Bathua, sekitar 11 km dari Chittagong, Bengali Timur pada tahun 1940 yang pada saat itu masih termasuk wilayah India,  dan baru pada tahun 1947 menjadi bagian dari Pakistan. Baru pada tahun Desember 1971 Bangladesh memerdekakan diri.

Baca selengkapnya »

Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Syariah: Sebuah Perbandingan Dilihat dari Sisi Faktor Penggerak dan Kegiatan Ekonominya



A.    Pendahuluan 
Jika kita klasifikasikan (secara umum) setidaknya terdapat tiga mazhab sistem ekonomi yang dikenal oleh dunia di era kontemporer ini. Yaitu Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sistem Ekonomi Sosialis yang kemudian kita kelompokan sebagai sistem ekonomi konvensional. Kemudian sistem ekonomi Islam atau ekonomi syariah. 

Dari ketiga sistem ekonomi tersebut masing-masing memiliki karakteristik. Sistem ekonomi konvensional yang paradigmanya didasarkan pada keduniaan belaka (weltanschauung), tetapi ekonomi Islam berorientasi pada perilaku dunia dan tujuan akhirat (Ahmad Dahlan 2005). Selain itu banyak pula perbedaan-perbedaan yang mendasar antara ekonomi konvensional dan ekonomi syariah. Dan pada kesempatan kali ini akan kita bahas bersama perbedaan tersebut, yang kita khususkan dari sisi faktor penggerak dan kegiatan-kegiatan ekonominya.

B.     Perbandingan  Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Syariah
1.      Faktor Penggerak Ekonomi
a.      Kebutuhan Manusia yang Tidak Terbatas
Salah satu konsep mendasar dari sistem ekonomi  konvensional adalah kebutuhan manusia tidak terbatas. Para ekonom konvensional sangat yakin dengan konsep ini, konsep ini pula yang banyak diajarkan secara masif di sekolah-sekolah umum, padahal konsep ini tidak seutuhnya dapat dibenarkan.

Baca selengkapnya »

Jejak Rindu: Sebuah Kumpulan Puisi

JEJAK RINDU I
Ku Mencintaimu hampir putus asa,
sampai berubah rintik hujan,
sampai memerah senja di ufuk.

Aku mencintaimu hampir purtus asa,
Adakah kau berkenan
Membersamaiku dalam rasa ini?
Rasa tak terdefinisi antara bahagia dan berduka.

Aku mencintaimu hampir putus asa.
Adakah kau sedia singgah disini,
membagi rasa tak terkata.
Rasa cinta,
Yang tak tersedar berbunga,
Pada wanita indah bermata jelita.

JEJAK RINDU II
Mata indahnya mempesona,
Mencipta bintang tak berkata.

Mata indahnya kilau sempurna,
Mencipta mimpi menjadi realita
Kerlip matanya menusuk sukma,
Mencipta tanya,
Apakah mungkin dia mencinta,
membagi bahagia?

Baca selengkapnya »

Catatan Sunyi: Kumpulan Catatan Sederhana

Catatan Sunyi I
Apakah sebenarnya yang  telah kita lakukan pada sejarah? Menciptakan sejarah ataukah terbawa arus sejarah? Jika kita mengklaim menciptakan sejarah dengan menjadikan diri sebagai poros, maka percayalah bahwa disaat itulah arus deras sejarah telah menyeret kita bersatu dalam kubangan sampah-sampah sejarah. Setiap kita yang memperalat sejarah sebagai momen membesar-besarkan atau bahkan membangga-banggakan diri, disaat itulah sejarah telah melabeli kita dengan tinta merah bertuliskan: KADZABTA… (29101433)

Catatan Sunyi II
Di dunia yang makin apatis, tidak ada yang paling penting selain memperoleh hak-hak diri, dan tidak ada yang paling merepotkan selain memenuhi kewajiban-kewajiban diri atas hak-hak orang lain. (01111433)

Catatan Sunyi III
Paradoks dunia memang unik. Satu sisi menghasilkan cinta beserta turunan-turunan keindahannya. Berjuta syair hadir dari keindahan ini. Tapi satu sisi dunia pun menghasilkan kesedihan beserta turunan-turunan kemalangannya, dan berjuta syair pun hadir dari ironi dan kepiluan ini. Maka, syair atau puisi mana yang akan kita cipta? (01111433)

Catatan Sunyi IV
Tata cerap kita memang tak pernah lebih dari yang dilihat dan didengar. Maka jadilah kita manusia yang paling sibuk dan berkepentingan terhadap berbangga-bangga diri: paling terkenal, paling popular, paling pintar dan perkara ‘paling’ lainnya, hingga akhirnya profanitas menjadi bagian kuat kepribadian kita. (03111434)

Catatan Sunyi V
Gempita kehidupan menciptakan kita sebagai pecinta panggung dan podium. Menjadikan kita pembicara ulung yang ‘tuli’. (16111434)

Baca selengkapnya »

Bidadari-Bidadari Surga yang Disegerakan Part 2

1.       Wanita Shalihah: Pesona Diatas Pesona

Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya, Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga, Terindah dari yang ada
(Hanan)

Ya, bidadari surga yang Allah segerakan berikutnya adalah wanita shalihah. Konteks tulisan ini sama sekali bukan tentang fisik. Kita hanya akan membahas hal-hal substansial yang bernama kesalehan. Untuk itu, cukuplah dialog penuh ‘ibrah antara Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang didokumentasikan oleh Imam Ath-Thabrani sebagai pecut penyemangat, pengobar ruh kesalehan.

Baca selengkapnya »