Waktu: Sebuah Refleksi Hari Lahir

Harits Al-Muhasibi rahimahullahu berkata: “Demi Allah, seandainya waktu dapat dibeli dengan harta, maka saya akan menafkahkan seluruh hartaku ini. Saya akan membeli waktu-waktu yang ada untuk berkhidmat kepada kaum muslimin.” Orang-orang bertanya, “Dari siapa engkau akan membeli waktu-waktu itu?” Al-Muhasibi berkata, “Dari orang-orang yang memiliki waktu luang.”

Waktu adalah entitas vital kehidupan yang paling sering diabaikan kehadirannya, tapi paling sering pula disesalkan ketika melaluinya. Persis seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW melalui Ibnu Abbas, "Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412) Dan faktanya pedang kehidupan yang bernama waktu ini sudah terlalu sering memenggal kesempatan dan peluang-peluang kebaikan yang bisa kita lakukan.

Waktu tak pernah berhenti, mekanisme perputarannya adalah mutlak prerogative Allah, waktu tak akan pernah mau menunggu keterlambatan kita untuk memahami pesan-pesan yang dibawa oleh dirinya. Maka telah terasa kini akibatnya, ditengah poros waktu yang terus berputar tidak sedikit pun kedewasaan diri bertambah, terlebih lagi ketaatan. Karena terlalu seringnya kita membual, maka hanya bualan pula yang waktu berikan untuk kita.

Hari lahir kembali menyapa, kini hadir dalam bentuknya yang tepat berkepala dua. Tak ada yang paling dituntutnya kecuali evaluasi dan perbaikan diri. Hari lahir, kehadirannya bukan untuk dinanti-nanti terlebih lagi dirayakan dalam bentuk seremonial-seremonial bodoh yang memubadzirkan, karena semuanya hanya akan makin mempertegas betapa kita tak pernah mengenalnya dengan dalam. Hari lahir datang tak lain untuk mengingatkan, bahwa jatah kehidupan tak lagi panjang.


Di penghujung, semoga Allah berkenan mengabulkan doa, mengistiqomahkan diri dalam keimanan dan ketaatan, karena dari inilah segala kebaikan bermula. semoga Allah berkenan pula menolong diri meningkatkan kapasitas dan kualitas diri, karena dari sinilah kebermanfaatan kehidupan dapat dibagi dengan maksimal. Semoga Allah perkenan mengabulkan cita dan mimpi agar syukur meneguh di hati. Amiin

Jakarta, 13 Ramadhan 1432 atau12 Agustus 2011

2 Responses to Waktu: Sebuah Refleksi Hari Lahir

Addini Urwah Hanifah mengatakan...

Mantep ni tulisannya,
Blogwalking :D
visit me back. thx :)

Unknown mengatakan...

Matur nuwun atas apresiasinya