Jejak Rindu: Sebuah Kumpulan Puisi

JEJAK RINDU I
Ku Mencintaimu hampir putus asa,
sampai berubah rintik hujan,
sampai memerah senja di ufuk.

Aku mencintaimu hampir purtus asa,
Adakah kau berkenan
Membersamaiku dalam rasa ini?
Rasa tak terdefinisi antara bahagia dan berduka.

Aku mencintaimu hampir putus asa.
Adakah kau sedia singgah disini,
membagi rasa tak terkata.
Rasa cinta,
Yang tak tersedar berbunga,
Pada wanita indah bermata jelita.

JEJAK RINDU II
Mata indahnya mempesona,
Mencipta bintang tak berkata.

Mata indahnya kilau sempurna,
Mencipta mimpi menjadi realita
Kerlip matanya menusuk sukma,
Mencipta tanya,
Apakah mungkin dia mencinta,
membagi bahagia?


JEJAK RINDU III
Ku Mencintai mu
seperti si Qois yang majenun mencintai Laila.
Cintanya tak terperi melampaui seluruh dimensi.

Ku menyayangi mu,
Seperti Quraisy menyayangi Utsman.
Indahnya budi dan cantiknya rupa, buatku tertawan.

Ku meJejak Rindukan mu,
Seperti Jalaluddin ar Rumi Jejak Rindui Syamsuddin at Tabriz.
Memakna cinta lebih dari sekedar kata penuh metafora.

Ku menginginkan mu,
lebih dari inginnya cahya bersamai matahari.
Menyinari bumi,
Menerangi hati...

Dan akhirnya,
Ku cintaimu buka karena ku ingin miliki dan mendekap mu,
Tapi ku cinta mu karna ku cintai-Nya




JEJAK RINDU IV
Ku ingin cintaimu dengan istimewa
Seperti istimewanya
Muhammad ditengah para rasul yang mulia

Ku ingin cintaimu dengan kaya raya
Jauh melampaui
Kaya Qorun yang kufur

Karenanya bunga hati indah ku
Maukah kau tanam benih cinta ini
Di cantiknya taman hatimu?

 14 Dzulqo’dah 1432


JEJAK RINDU V
Taman hati ini, Kini
memendam Jejak Rindu..
memupuk tunas cinta

taman hati ini, nanti
memekar elok mahkota cinta mu
menyebar wangi serbuk sari paras cantik mu
menyubur putik jelita mata indah mu
mencipta tawa karna ceria senyum mu

bunga hati indah ku
perkenankanlah benih cinta mu berbunga disini
ditaman hati ini...
10 Muharram 1432


JEJAK RINDU VI
Tika nafas cintamu meniup kuncup hati
Maka seketika itu,
Dia bermekaran menjadi semerbak

JEJAK RINDU VII
Kau tahu?
Bunga dihatiku mekar
Jangan kau gugurkan pula hatiku
Pinta ku biarkan bunga itu semerbak,
Memenuhi relung terdalam,
Karena itulah engkau dihatiku
                                                                                         15 Muharam 1432


JEJAK RINDU IX
Hadirmu tak terasa
Dalam tiap canda
Dalam makna tiap kata

Hadirmu sangat halus
Dengan akhlak yang mempesona
Dalam mata yang jelita
Dalam senyum yang ceria

Kini hadirmu lekat tak teragu
Memahat erat rasa bahgia
Memerah tawa dalam duka

Cinta hatiku,
Tetaplah disini
Mengusir sendiri dan sunyi

Cinta hatiku,
Tetaplah disini
Berbagi cahaya, merentas makna


JEJAK RINDU X
Jejak Rindu ini hadir tak berkata
Membenam diri dalam diam

Jejak Rindu ini hadir tanpa bentuk
Menghias diri dalam senyum

Jejak Rindu ini telah hadir
Dalam detil pesona akhlak

Tiap kibar jilbab mu
Itulah gelombang besar di hati
Menderap, berdebar, mengukir hati menjadi rawan

Jejak Rindu ini hanya kata
Yang berserak-serak membentuk makna

Jejak Rindu ini hanya tinta
Yang menoreh syair cinta

Cinta ini pun berkata,
“Apakah diriku ini adapula di hatimu?”
17 Muharram 1432


JEJAK RINDU XI
Cinta meminta segalanya,
Dia hadir dalam segala bentuk
Dia muncul dalam semua rasa
Memenuhi tiap detil ruang dalam hati
Sampai kita tak tahu lagi
Mana bahagia mana duka
Mana menangis dan mana tertawa

JEJAK RINDU XII
Hanya cinta padamu
Membuatku kelu dan membisu
Menjadikanku terdiam tergagu

Diam dalam seluruh cerita yang ingin ku tanya
Diam dalam seluruh tawa yang ingin ku kau rasa
Diam dalam Jejak Rindu yang tersekat di dada
Diam ini wahai dewi ku
Hanya karena aku cinta pada mu
Hanya karena aku terlalu cinta...

Jejak Rindu XIII
Ku mencintai mu dalam seluruh hari
Dimusim dingin yang basah
Atau kemarau yang menyengat

Karena ku cintaimu dalam seluruh hari
Telah hangat dingin itu
Telah sejuk panas itu

Ku mencintai mu dalam seluruh hari
Dimusim semi yang bermekaran
Atau gugur yang bertaburan

Karena ku cintaimu dalam seluruh hari
Telah mewangi bunga mekar itu
Telah tersapu tiap tabur daunan oleh hawa cantik mu

Ku mencintaimu dalam seluruh hari
Dimalam yang muram
Atau siang yang benderang

Karena ku cintaimu dalam seluruh hari
Menjadi riang malam yang muram
Menjadi berwarna siang yang benderang
Dengan warna anggun kilau cinta mu

Ku mencintai mu dalam seluruh hari
Dalam ramai yang bercerita
Atau sendiri yang mengakrabi

Karena ku cintaimu dalam seluruh hari
Berubah ceria tiap cerita
Berubah hiruk pikuk sendiri ku

Ku mencintai mu dalam seluruh hari
Dalam berani yang congkak
Atau takut yang pengecut

Karena ku cintaimu dalam seluruh hari
Terubah congkak menjadi rendah
Terubah pengecut manjadi pahlawan

Ku cintaimu dalam seluruh hari
Dalam diam atau dalam bicara
Dalam lelap atau dalam terjaga
Ku cintai mu dalam seluruh hari
Dalam tiap segi
Dalam tiap detil kehidupan

Ku cintaimu dalam seluruh hari
Wahai bunga hatiku

                                                                                         19 Muharram 1432

JEJAK RINDU XIV
Terkadang cinta bertingkah angin
Dia mencipta hati tertiup dalam banyak rasa
Rasa sayang atau marah
Rasa Rindu atau kecewa
Tapi semua rasa itu harus tetap hadir
Karena itulah karakter cinta
Karena dengan itulah cinta menjadi semerbak


JEJAK RINDU XV
Tadinya hati hanyalah malam yang muram
Hingga kau hadir menjadi matahari hati
Berkilauan menjadikan terang seluruh hari hati

Tadinya hati adalah kemarau
Hingga kau hadir bersama rintik-rintik hujan yang sederhana
Menumbuhkan pohon-pohon cinta
Memekarkan bunganya
Menyebarkan wewanginya

Tadinya hati ku
Hati hanyalah gulita yang penuh tanya
Hingga senyum manis mu hadir
Mata jelitamu terukir
Menghadirkan jawab dalam jutaan tanya dengan satu kata yang sempurna:
CINTA

                                                                                                2 Shafar 1432

JEJAK RINDU XVI
Ku Memilih mencintaimu di jalan ini
Jalan kesucian yang menghadirkan keberkahan
Dimana segala pandangan ditundukan
Dan kehendak hati dikendalikan
Di jalan ini cinta menuntut keluhuran
Dan eloknya perbuatan

Hati ku percayalah,
Dijalan ini ku Rindukan, sebuah agungnya pernikahan
29 Shafar 1432
 

Jejak Rindu XVII: Narasi Hati
Dalam kondisi seperti saat ini mencintai menjadi hal yang sangat menakutkan bagi ku. Aku takut rasa cinta ini hanyalah bentuk penyamaran nafsu hina belaka. Aku takut rasa cinta ini akan melanggar rambu syariat yang empunya cinta sejati. Rasa takut yang terus berkelindan bersama rasa cinta ini, benar-benar membuat ku sulit untuk bersikap semestinya. Sepertinya aku sedang merasakan apa yang dikatakan rumi, di depan cinta rasionalitas terkapar tak berdaya. Rasionalitas hanya menjadi keledai di hadapan cinta. ’Dia’ benar-benar secara utuh telah mengambil alih kendali hati. Maka emosi ini menjadi sangat fluktuatif.  Kadang bahgia menyapa, tapi tak jarang pula duka dan kecewa meraja.

Tak hanya sampai disitu, rasa takut pun menghadirkan sikap posesif. kekompakan dua rasa ini jelas kemudian menciptakan romantika-romantikanya tersendiri. Karena rasa posesif, aku kerap merasa kesal dan kecewa ketika orang  lain mendekatinya, bahkan sekedar orang lain menyebut namanya.  rasa keberpemilikan ini telah melampaui jauh batas toleransi hati. Menciptakan sesak-sesak dada yang cukup sering membuat bola mata secara drastis menjadi lebih lembab dan berair. Semuanya hanya menjadi bukti yang semakin kuat, betapa hati ini mencintainya, betapa hati ini benar-benar takut kehilangan dirinya.

Ya allah, jika ini adalah sebuah kebaikan
Maka mohon dekatkanlah dan permudahlah kami menuju jalan kehalalan
Jika ini keburukan, maka lapangkanlah hati atas setiap qadar mu

Ya Allah, dengan segenap hati ini
Jagalah hatinya, seperti telah kau jaga hati Fatimah hanya untuk ali
Dan jagalah hati ini, seperti kau jaga hati Ali hanya untuk Fatimah

Ku mohon ya Allah,..
Ku mohon dengan sangat...

Jejak Rindu XVIII
Rasa rindu pada mu memuncak
Mencipta jejak-jejak setapak
Jejak setepak menjelma
Mengukir puisi hanya untukmu

5 Rajab 1432

Jejak Rindu XIX
Ya Allah,
Sepertinya aku telah benar-benar sangat mencintainya
Permudah ya Allah...
                                      8 Rajab 1432

Jejak Rindu XX
Hati bak cermin
Yang dengan jujur menampakan realitas dihadapannya
Maka tampakanlah cinta ini dihati
Melukiskannya dengan pendar cahya cinta yang berkilauan
12 Rajab 1432


Jejak Rindu XXI
Andai kau tahu hati ku
Kadang lintasan hati bergumam,
“dia sama sekali tidak menyukaimu, kasihan sekali kau ini, dia hanya memamerkan pesonanya. Kenapa kau mencecapinya berlama-lama? Kau sungguh tak pantas untuknya”
Kemudian lintasan hati yang lain berbisik,
“tidak, pesonanya dia hadirkan hanya untuk ku, karena dia merasakan apa yang aku rasakan.”
Mereka saling berdebat bahkan beradu mulut
 Tentang hati mu yang terselimut hijab pekat
Hingga akhirnya diri lekas tersadar,
“Jangan menggenggamnya erat atau menatapnya lekat, karena ada syariat, yang cinta kalian dibangun dengannya, bersabarlah…”
14 Rajab 1432 

Jejak Rindu XXII
Hati ku, lintasan hati ku kini telah mewujud
Berbicara ricau tentang rasa cinta pada mu yang kian larut
Kata-katanya bak cemeti, memecut hati dengan garang dan tanpa kasih,
“ Tak sadarkah kau, dia hanya hadir untuk mempermainkan hati mu, tidak sedikitpun maksud hatinya kau singgahi. Tak ada ingin dalam dirinya menjadi pasangan jiwa rapuhmu. Lalu kenapa kau masih saja sangat mencintainya? Memikirkan dalam tiap detik waktu hidupmu. Kenapa kau rela teteskan jernih air dari bola matamu? Hanya untuk ketidakpastian hatinya. Kenapa dengan tiba-tiba kau menjadi makhluk bodoh yang naif?
Sadarlah dari keterlelapan mu wahai jasad ku.”
Sang jasad hanya bisa tertunduk lesu
Terjebak dalam ruang jeruji besi kebimbangan yang semakin dingin dan pekat
“Wahai hatiku, betapapun kau jelaskan cinta dan seluruh turunannya dalam riuh mu, itu tak bisa menjadikanku terbebas dari seluruh kebingungan ini.Aku hanya terlalu mencintainya…”
“Wahai jasad ku, begini kah cara mu mencintainya? Dangkal!..., ke mana komitmen kita untuk tetap menjadikan cinta pada Allah dan Rasul-Nya sebagai setinggi-tingginya cinta. Demi Allah, sadarlah...”
Dalam kebisuan jasad, sang hati terus berkata, “Jagalah cintamu padanya dalam dimensi ketaatan pada-Nya. Bertawakal dan tetap lah berbaik sangka kepada-Nya…”
Dengan lirih jasad kini berkata, “Wahai hati, doakanlah jasad mu ini agar tetap berada dalam ketaatan kepada-Nya bersama cinta-Nya dan cintanya. Wahai hati, katakanlah pada hatinya, ku kan selalu mencintainya, bagaimana pun dan kapan pun…”
21 Rajab 1432

Jejak Rindu XXIII
Cinta adalah rupa berjuta warna
Kadang berwarna hitam kekecewaan, Abu-abu kebimbangan, atau coklat kerisauan
Kadang pula biru keceriaan atau hijau kemakmuran
Tapi apapun itu, hanya engkaulah makhluk pemberi warna itu
12 Sya’ban 1432

Jejak Rindu XXIV (Terusan Jejak Rindu XXII)
Hati kini berkata,” jika memang akhlaknya adalah kilau permata, dia kan pasti mengerti tentang kesetiaan penantianmu. Karena kelak dia kan mengerti siapa yang paling mencintai.”
12 Sya’ban 1432


Jejak Rindu XXV
Cinta tak kan pernah menemukan kesejatiannya
Hingga ia bersimpuh tersungkur dalam muara cinta-Nya
Dan itulah yang kuharapkan dari cintaku padamu
19 Sya’ban 1432

Jejak Rindu XXVI
Rasa takut kian meraja dalam hati
Mencipta risau yang sulit dimengerti
Hati ku tahukah kau apa yang paling ditakuti seorang kekasih?
Yaitu dilupakan oleh yang dikasihi

Jejak Rindu XXVII
Tentang wanita ada 2 hal yang ku takuti
Kehilangan ibu dan kehilangan dirimu

Jejak Rindu XXVIII
Hati ku perkenankanlah
Hatiku membersamai, indahnya hatimu
Ku mohon

20 Sya’ban 1432

Jejak Rindu XXIX
Rasa takut kembali hadir
Ah, Seandainya kau tahu
Kenapa kau selalu begitu?
27 Sya’ban 1432

Jejak Rindu XXX
Sedikit saja pahamilah,
Disini ada hati yang risau karna menunggumu
Sedikit saja pahamilah
Disini ada hati yang khawatir cintanya pergi
Sedikit saja pahamilah
Disini ada hati yang gundah karna cintanya tak terbalas

Hati ku sedikit saja mengertilah
Disini ada hati yang setia menantimu
Bertahan diatas rindu, cemburu, bahkan kecewa
Hati ku tak maukah kau mengerti sedikit saja?

Hati ku sedikit saja mengertilah
Pesan-pesan singkatmu
Itulah penghilang dahaga rinduku

Hati ku sejenak saja mengertilah
Bahwa hati ini selalu mencintaimu sepenuh yang ku mampu

Sedikit saja,
Sejenak saja, pahamilah, mengertilah…

Atau sedari awal kau memang tak pernah berkenan memahaminya?
Karena semuanya bagi dirimu tak lebih dari bualan dan permainan
30 Sya’ban 1432

Jejak Rindu XXXI
Pernahkah kau
merasa sangat kesepian
karena sangat merindukan seseorang
seseorang yang tak akan pernah kau miliki

19 September 2012
Jejak Rindu XXXII
Rindu kini tak pernah lagi menapak, terlebih menjejak
Semuanya dengan sempurna telah sirna
Bersama kefanaan yg disodorkan dunia beserta manusia

Rindu kini telah hitam bersama pengkhianatan dan tipu-tipu permainan
Bersama hilangnya harapan maka apalagi guna kehidupan?
20 September 2012


Jejak Rindu XXXIII
Jejak rindu ini telah terhempas, bersama angin waktu
Jejak rindu ini memang sepantas terhapus, karena arah lajunya yang keliru
Betulkah ini jejaj-jejak rindu yang syahdu
Atau hanya tiupan tipuan yang menyeret diri dalam kehancuran

Tapi apapun, semoga diri tetap bisa bangkit.
Merenda mimpi, menegak asa, dan meneguh cita
25 Rabiul awwal 1434

2 Responses to Jejak Rindu: Sebuah Kumpulan Puisi

Unknown mengatakan...

Suka sekali bacanya 👍👍👍

Unknown mengatakan...

Terima kasih