One day our grandchildren will go to
museums to see what poverty was like”
(Muhammad Yunus, The Independent, May 5th
1996)
Perjuangan 30 tahun lebih mengentaskan kemiskinan
kini telah menampakkan hasil. Itulah gambaran perjuangan tanpa kenal lelah yang
dilakukan Muhammad Yunus, seorang dosen ekonomi yang kemudian mengabdikan
hidupnya dengan mendirikan bank untuk mengentaskan kemiskinan di negaranya,
Bangladesh, dengan nama Grameen Bank atau bank desa. Berkat perjuangan tanpa kenal lelah dan
penuh ketulusan, ia telah mendapat penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006
lalu, meski ia bukanlah seorang negarawan atau politikus, sebagaimana yang
selama ini mendominasi penerima Nobel tersebut.
Ia mendapatkan penghargaan tersebut bukan
pada upayanya mendamaikan peperangan yang berkecamuk di dunia, tapi berkat
perjuangannya memenangkan peperangan melawan kemiskinan. Sebab, menurut pihak
pemberi hadiah Nobel, perdamaian yang berkesinambungan tidak akan dapat dicapai
kecuali populasi dalam jumlah besar menemukan cara untuk keluar dari
kemiskinan, dan itulah yang dirintis Yunus sejak tahun 1974 silam.
Kelahiran Bankir untuk Orang Miskin
Muhammad Yunus dilahirkan di Bathua,
sekitar 11 km dari Chittagong, Bengali Timur pada tahun 1940 yang pada saat itu
masih termasuk wilayah India, dan baru
pada tahun 1947 menjadi bagian dari Pakistan. Baru pada tahun Desember 1971
Bangladesh memerdekakan diri.
Muhammad Yunus adalah seorang muslim, merupakan anak ke 3 dari 14
bersaudara dari pasangan Dula Mia dan Sofia Khatun. Ayah Yunus adalah pengrajin
dan pedagang ornamen permata. Yunus dibesarkan di Jalan Baxirhat, di jantung
kawasan perajin perhiasan Sonapotti Chittagong. Ayah Yunus adalah seorang
muslim yang saleh sepanjang hayatnya. Ia telah tiga kali naik haji ke mekah.
Ayah Yunus biasa berpakaian putihputih, dengan sandal putih, pantolan putih,
jubah putih, dan peci haji putih. Ibu Yunus adalah seorang perempuan yang keras
dan tegas. Ialah penegak disiplin dalam keluarga. Diakui oleh Yunus, ibunya
mungkin yang paling kuat mempengaruhi Yunus. Perhatian ibu kepada kaum miskin
dan tak beruntung sangat besar, sehingga membuat Yunus tertarik mempelajari
ekonomi dan perubahan sosial.
Muhammad Yunus belajar di Chittagong
Collegiate School dan Chittagong College. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang
Ph.D. di bidang ekonomi di Universitas Vanderbilt pada tahun 1969. Kemudian
menjadi Lektor di Middle Tennessee State University, Amerika Serikat. Dan
kemudian pada tahun 1974 ia kembali ke
Bangladesh setelah sebelumnya berhenti dari posisi lektornya.
Di Bangladaseh mulanya Muhammad
Yunus bekerja sebagai anggota Komisi Perencanaan Pemerintah, tapi hanya sebentar
hingga kemudian ia menerima jabatan sebagai Ketua Departemen Ekonomi di
Universitas Chittagong. Ia mengaku senang mengajar dan berharap pada karier
akademik. Hingga pada tahun 1974-1975 Bangladesh mengalami kelaparan hebat yang
disebabkan bencana alam hebat yang banyak menghancurkan infrastrukur negara.
Desa
Jobra, desa yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Muhammad Yunus
mengajar tentang teori ekonomi canggih dan pasar bebas yang seolah-olah
berjalan sempurna didalam kelas, adalah satu desa termiskin di Bangladesh.
Mayoritas tempat tinggal penduduknya berupa pondok berlantai tanah dengan atap
daun yang bocor. Penghasilan mereka tidak lebih dari 2 sen sehari.
Pertanyaan
yang selalu membuat Yunus gundah adalah mengapa orang yang bekerja 12 jam
sehari, 7 hari seminggu tidak punya cukup makanan untuk makan? Kegeraman muncul
di hati Yunus karena ilmu yang dipelajarinya tak mampu untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Akhirnya, Yunus memutuskan untuk belajar dengan orang
miskin untuk memaha-mi masalah mereka. Selama 2 tahun dari tahun 1975 hingga
1976, Yunus mengajak mahasiswanya berkeliling di desa Jobra. Kegundahan Yunus
semakin menjadi-jadi ketika masalah kemiskinan cukup mudah untuk dimengerti
namun tidak mudah untuk menemukan solusinya. Muhammad Yunus menemukan
pencerahan ketika pada salah satu acara berkeliling ke desa bertemu dengan
seorang wanita pembuat bangku dari bambu. Namun, karena ketidaaan modal wanita
tersebut meminjam kepada rentenir untuk membeli bambu sebagai bahan baku.
Setelah bangku tersebut jadi harus dijual kepada rentenir dan dia hanya
mendapatkan selisih keuntungan sekitar 1 penny.
Dengan bantuan mahasiswanya, Muhammad
Yunus menemukan 42 keluarga lainnya yang mengalami permasalahan serupa.
Karyanya diawali dengan memberikan kredit sejumlah US$17 kepada 42 orang
miskin. Pinjaman yang diberikan kurang dari US$ 1 per orang. Namun dengan
jumlah pinjaman yang kecil dan tanpa agunan tersebut, meningkatkan omset
seorang pembuat bangku dari sekitar 2 penny perhari menjadi US $ 1,25 per hari.
Pada tahap awal ini, dana yang dipinjamkannya diambil dari uang pribadi
Muhammad Yunus. Dengan meminjamkan uang tersebut, beliau tidak menganggap
dirinya sebagai seorang bankir tetapi pembebas bagi 42 keluarga miskin di
Bangladesh.
Akhirnya, Yunus menemukan sebuah revolusi
dalam pemikirannya, kemiskinan terjadi bukan karena kemalasan tetapi karena
permasalahan struktural, ketiadaan modal. Sistem ekonomi yang berlangsung
membuat kelompok masyarakat miskin tidak mampu menabung bahkan hanya 1 penny
sehari. Akibatnya, orang miskin tidak dapat melakukan investasi bagi
pertumbuhan usahanya. Rentenir memberikan bunga sekitar 10% bagi pinjaman yang
diberikannya. Sehinga, bagaimanapun juga orang miskin bekerja keras dirinya tak
dapat keluar dari garis kemiskinan.
Muhammad
Yunus pun mencoba menyakinkan bank dekat universitas agar bersedia meminjamkan
uang pada orang miskin. Namun bank menolaknya, bank mengatakan orang miskin
tidak layak mendapatkan pinjaman. Upaya-upaya lain pun dilakukan tapi tetap
gagal. Ia mencoba cara baru, yaitu menjadi penjamin pinjaman untuk orang
miskin. Bank setuju, pinjaman pun mulai mengalir dan hasilnya luar biasa, orang
miskin mengembalikan pinjaman mereka selalu tepat waktu.
Bantuan
lebih besarpun datang, 1977 MR. A.M Anisuzzaman direktur Bank Pertanian
Bangladesh mendirikan cabang khusus di Jobra untuk menguji gagasan Muhammad
Yunus. Bank tersebut diberi nama Bank Grameen (Desa), dan bank ini menikmati
keberhasilan serupa. Tapi kritikanpun mulai berdatangan, para bankir mengatakan
bahwa Bank Grameen bukanlah perbankan tapi pengasuhan, karena Muhammad Yunus
dan para mahasiswanya terlibat terlalu jauh. Kebijakan yang dibuat Bank Grameen
pun banyak yang dianggap bertentangan dengan aturan perbankan Bangladesh.
Mengetahui
hal ini Muhammad Yunus memutuskan mendirikan bank terpisah bagi masyarakat
miskin, bank yang memberikan pinjaman tanpa agunan, tanpa mensyaratkan
periwayatan peminjaman bank sebelumnya, tanpa instrumen legal apapun. Dan pada
tahun 1983 Muhammad Yunus akhirnya berhasil membujuk pemerintah membuat
peraturan khusus untuk konsep bank grameennya ini.
Bank Grameen: Bank Kaum Miskin
Pada bulan Mei 2009, Bank Grameen telah
mempunyai cabang sebanyak 2.556 di 84.388 senter (jumlah desa di Bangladesh
68.231), dengan total anggota lebih dari 7,86 juta orang. Bank Grameen juga
telah direplikasikan di 52 negara (hanya di Indonesia yang belum ada), dengan
anggota mencapai 102 juta orang. Dana disalurkan dari tahun 1983 s/d 2005
kumulatif mencapai US $ 5.17miliar, atau lebih kurang US $ 238 juta per tahun.
Jumlah modal yang dimiliki Bank Grameen berkembang menjadi US $ 563,2 juta,
sebanyak 92 % adalah milik anggota.
Yang menarik perhatian dari 7,86 juta
orang anggota Bank Grameen, sebanyak 97 % jiwa adalah wanita. Pilihan wanita
untuk menjadi anggota Bank Grameen didasarkan pada pemikiran bahwa tanggung
jawab wanita terhadap keluarga lebih besar dan wanita cenderung mengutamakan
membelanjakan uangnya hanya untuk kepentingan keluarga.
Satu program terobosan yang cukup
menggemparkan, yaitu pada tahun I997 Yunus memberikan pinjaman US $ 147.000
kepada 40.000 orang pengemis di Bangladesh, untuk melakukan usaha yang dapat
dilakukan sambil mengemis, seperti membuat anyaman, sulaman, jualan korek api
dan permen. Kepada mereka diberikan lencana nasabah Grameen. Pada tahun 2005
ternyata 7.843 orang berhenti mengemis. Alasannya, mereka malu mengemis karena
mempunyai lencana yang membangkitkan harga diri dan mempunyai lapangan usaha
baru dari modal yang diberikan Bank Grameen.
Berikut adalah tujuh prinsip dari Bank Grameen:
- Bank Grameen adalah milik anggotanya (92 % saham milik anggota)
- Bank Grameen hanya akan memberikan pinjaman kepada orang yang paling miskin dari masyarakat miskin atau yang tidak memiliki harta untuk dijadikan agunan (termasuk para pengemis)
- Sasaran Bank Grameen terutama adalah perempuan.
- Pinjaman ini diberikan tanpa jaminan/agunan
- Para peminjam sendiri dan bukan Bank Grameen yang menentukan jenis kegiatan usahanya yang akan dibiayai dengan pinjaman dari Bank Grameen.
- Bank Grameen membantu informasi dan sarana agar peminjam berhasil.
- Para peminjam membayar tingkat bunga sesuai keperluan untuk menjaga agar Bank Grameen tetap mandiri (tidak tergantung hibah atau donasi)
Pelajaran Dari Muhammad Yunus
Muhammad Yunus saat memperoleh hadiah nobel |
Kemiskinan
adalah permasalahan global yang menggurita di semua negara. Kemiskinan adalah
ancaman perdamaian. Bayangkan 94% pendapatan dunia hanya dinikmati oleh 40%
penduduk dunia. Sedangkan 60% mesti hidup dengan 6% pendapatan dunia. Setengah
penduduk dunia hanya hidup dengan 2 USD perhari. Lebih dari satu miliar
penduduk dunia hidup dengan pendapatan dibawah 1 USD perhari. Dengan keadaaan
seperti ini mustahil sebuah negara akan menjadi sejahtera, dan ini jelas bukan
rumsan perdamaian yang dicita-citakan Maka disini seorang Muhammad Yunus hadir,
bersama kegelisahannya dia ingin rubah keadaan dunia seperti ini.
Bersama
Bank Grameen Muhammad Yunus telah sangat sukses mengentaskan kemiskinan dan
kelaparan di negaranya. Lebih jauh Muhammad yunus telah berhasil menggeser
opini dunia tentang kemiskinan, perbankan, dan ilmu ekonomi.
Setiap individu di dunia memiliki potensi
yang baik dan hak untuk hidup yang layak. Yunus dan Grameen telah menunjukkan
bahwa bahkan yang paling miskin dari masyarakat miskin dapat bekerja untuk
membawa mereka sendiri tentang pembangunan. Menurut Yunus pemberantasan
kemiskinan adalah tugas yang sangat sederhana. Kita harus tidak mengijinkan
pengiriman pesan diri menjadi tertutup oleh orang pintar untuk berpikir bahwa
ia adalah sesuatu yang rumit. Hal pertama yang perlu diingat adalah bahwa kemiskinan bukan dibuat oleh
orang-orang miskin. Ada yang dibuat oleh lembaga dan kebijakan lingkungan yang
dibuat oleh para desainer dan pengelola lembaga-lembaga tersebut. Tak ada
sesuatu yang salah dengan orang-orang miskin. Mereka bisa keluar dari
kemiskinan dengan sendirinya. Semua yang mereka butuhkan adalah kesempatan. Dengan keadaan saya saat ini, saya sangat
bercita-cita untuk dapat berkontribusi memperbaiki keadaan negara ini.
Saya ingin pendidikan yang saat ini saya jalani tidak hanya berguna untuk diri saya pribadi, tapi juga orang-orang yang berada disekitar saya. Karena saya percaya kemampuan kita memberi manfaat secara maksimal kepada orang-orang yang ada disekitar kita dapat memberikan arti lebih dari kehidupan yang kita jalani.
Referensi:
Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin
Muhammad Yunus, Menciptakan dunia Tanpa Kemiskinan
http://muhammadyunus.org/content/view/221/128/lang,en/
http://www.bdix.net/sdnbd_org/world_env_day
http://www.bdix.net/sdnbd_org/world_env_day
Depok, 26 Desember 2012
Silahkan download versi pdf disini DOWNLOAD
Silahkan mencopy-paste tulisan ini dengan tetap menghormati hak-hak ilmiah dengan menyebutkan link blog ini :)
Posting Komentar