Bidadari Surga Yang Disegerakan

Tulisan ini saya tulis dengan penuh keharuan dan rasa syukur kepada Allah SWT yang sangat mendalam, khusus saya tulis untuk wanita yang paling saya cintai, 'ibu saya'. Seorang bidadari surga yang Allah SWT segerakan. Seorang wanita yang berhati bersih dan suci. seorang wanita yang tidak pernah kering kasih sayangnya. Wanita yang selalu meneteskan air mata di malam hari dalam doa untuk anak-anaknya. Ibu saya adalah juara satu di dunia.
Ibu saya adalah wanita paling cantik. Rambut-rambutnya kini berangsur berubah menjadi putih karena usianya yang sudah tidak muda lagi. tapi, rasa cintanya kepada saya tidak pernah berkurang sedikitpun. Pelukannya lebih hangat dari selimut. kulitnya lebih halus dari sutra. Tatapan matanya sejuk seperti bidadari surga. Kecupan kasih sayangnya menyegarkan dahaga seperti mata air.
Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat disiplin. Dia selalu berkata "lebih baik menunggu daripada ditunggu". Dia juga wanita yang mengajarkan saya untuk berperilaku baik kepada orang lain. Dia memperkenalkan kepada saya Allah SWT, menceritakan kepada saya tentang Nabi Muhammad untuk diteladani, membimbing saya untuk salat dan membaca Al Quran, memberi tahu saya bahwa orang baik akan masuk surga dan orang jahat akan disiksa di neraka. Ibu saya adalah guru saya yang paling hebat.

Hingga suatu hari, musibah menimpa keluarga saya. Waktu itu umur saya 5 tahun. Ayah saya meninggal. Ibu saya sangat sedih. Tapi, ibu saya tahu bahwa hidup harus tetap berlanjut. kini, ibu saya harus mengurus 5 anaknya. 3 kakak saya dan 1 adik saya. dan tugasnya pun bertambah, selain sebagai ibu dia juga bertugas sebagai seorang ayah. hari terus berganti, dengan tulus dia menjalani ini semua tanpa pernah mengeluh. dia terus berjuang mempertahankan kehidupan. sakit dan letih tidak dia rasa. baginya yang terpenting bagi anak-anaknya adalah pendidikan. sehingga apapun yang terjadi anak-anaknya harus tetap sekolah sampai tingkat yang setinggi-tingginya. "lebih baik saya tidak punya harta, daripada harus melihat anak-anak saya putus sekolah." katanya, ketika memberi semangat pada saya. hal ini benar-benar dibuktikan, hingga suatu hari ibu saya menjual tanah saya satu-satunya yang merupakan warisan dari kakek saya untuk memasukan kakak saya ke SMK. kini, 3 kakak saya sudah lulus dari sekolah dan sudah bekerja. kini beban ibu saya tidak lagi seberat 12 tahun yang lalu.
Sekarang, saya sudah berada di kelas 3 SMA. sudah saatnya bagi saya membalas semua pengorbanan, kerja keras, dan air mata ibu saya. Walaupun saya tahu bahwa jasa ibu saya sampai kapan pun tidak akan pernah bisa terbalaskan. Saya berjanji akan menggapai impian saya untuk membahagiakan ibu saya. Dan saya akan berjanji akan selalu berbakti kepada Ibu saya.
Saya yakin bahwa sampai kapan pun ribuan bait yang telah dan akan tercipta tidak akan pernah bisa menggambarkan betapa mendalamnya kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Wahai Allah ampunilah ibu saya, sayangilah ibu saya yang tersayang, berkahilah usianya, semoga diakhirat nanti kita bertemu lagi. Ibu, saya benar-benar sangat mencintai mu.
Dimodifikasi: Cilegon, 19 Desembar 2009