Shar’i 2011: Memaknai Kembali Kontribusi Kita

“Lakukanlah jihad terhadap kaum kafir dengan tanganmu, jika kamu tidak mampu, kecuali hanya meludahi muka mereka, maka lakukan itu.”
(Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhu)

Palestina kini, tak ubahnya seperti kisah Nabi Yusuf, kata Mahmoud Darwis (1941-1998) seorang sastrawan kelas dunia yang merupakan pribumi Palestina. Kenapa seperti Nabi Yusuf? Karena sama halnya dengan Nabi Yusuf yang dikhianati dan dizalimi oleh saudara-saudaranya. Begitu pula Palestina, dikhianati dan dizalimi oleh saudara-saudara sesama negara muslim. Maka kini kita dapat melihat Mesir yang menutup perbatasan dan membantu mengisolasi Gaza. Kita juga melihat kebungkaman negara-negara Arab lainnya, yang lebih memilih menjadi penjilat kafir daripada ‘berdarah’ guna memperjuangkan saudara seimannya.
•••

Dari kisah Nabi Yusuf, kita beralih ke Nabi Ibrahim. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, setidaknya 40 hari 40 malam KhalilAllah yang agung ini dibakar hidup-hidup oleh Namrudz, seorang raja dzalim pada peradaban Babilonia Lama. Masih menurut Ibnu Katsir, ketika Ibrahim ‘alaihissalam dibakar, maka seluruh binatang berlomba-lomba untuk mematikan api tersebut. Termasuk seekor burung pipit kecil, dia hanya membawa setetes air untuk bisa membantu memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Burung pipit tersebut tak pernah memikirkan akankah setetes air itu dapat memadamkan api tersebut. Tapi, mungkin satu-satunya yang ada dalam benaknya adalah: ‘Kontribusi’. Yang dengan kontribusinya tersebut dia takkan takut lagi untuk bertemu dengan Allah. Pada Allah dia bisa katakan bahwa dengan setetes air, dia sudah ingin menolong Ibrahim. Sedikit, kecil tapi kontributif.
•••


Jika Mahmoud Darwis mengibaratkan Palestina dengan Nabi Yusuf, maka saya pun ingin mengibaratkan Palestina dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang dibakar hidup-hidup oleh penguasa-penguasa dzalim. Dan yang terpenting semoga kita adalah burung pipit yang dengan segala keterbatasannya mencoba menolong Ibrahim ‘alaihissalam.

Berbicara tentang Palestina berarti berbicara tentang kontribusi. Sesederhana atau sekecil apapun kontribusi itu. Karena sering kali, kontribusi yang kecil bermakna besar di hadapan Allah. Dengan kontribusi itu pula kita akan menjawab tiap pertanyaan Allah di akhirat kelak.
•••

Kontribusi Kita: Maksimalisasi Kualitas Diri
Nothing personal, semua kehidupan membentuk jejaring yang satu sama lain saling berikatan dan mempengaruhi. Maka yakinlah bahwa apa yang kita lakukan saat ini, disini mempunyai pengaruh bagi saudara-saudara kita di Palestina sana.

Kemaksiatan kita akan menunda kemerdekaan saudara kita dan melanggengkan penjajahan atas mereka. Kemaksiatan kita secara tidak langsung adalah pendukung terbesar pembantaian saudara-saudara kita.

Karenanya, membantu Palestina berarti adalah memaksimalisasi kualitas diri. Membangun kedekatan dengan penggenggam kemenangan. Menyucikan ruhiyah dan mencipta kejernihan intelektual. Kualitas diri kita akan sangat menentukan dibagian mana kita dapat berkontribusi. Kontribusi people to people menurut Ust Harry Nurdi jauh lebih efektif untuk konteks Palestina. Maka ketaatan dan kedekatan pada Allah adalah syarat paling mutlak dari kontribusi ini.
•••

Allah Menyaksikan Semuanya
Melihat Palestina berarti melihat sebuah negara yang menjadi korban mengenaskan dari omong kosong paling menjijikan abad modern: Kebebasan, HAM, Demokrasi dan seluruh derivasinya. Semuanya berubah menjadi mortir, bom-bom fosfor tidak berhati. Meleburkan, menghancurkan, dan membakar dengan membabi buta semua yang dihampirinya.

Allahummasyhad, Allah saksikanlah bahwa se-zarah pun kami tidak pernah ridho atas kondisi saudara-saudara kami yang dijajah oleh Zionis terlaknat. Allah saksikanlah bahwa telah kami kerahkan apa yang kami mampu, apa yang kami punya untuk membantu saudara-saudara kami di Palestina hatta hanya setetes air, sekeping atau selembar uang. Tapi ya Allah saksikanlah bahwa kami tidak pernah diam untuk menolong mereka. Saksikanlah ya Allah...

Catat!
Aku seorang Arab
Kalian telah mencuri ladang nenek moyangku
Dan tanah yang kutanam
Bersama anak-anakku
Dan kalian tidak meninggalkan apa pun bagi kami
Kecuali batu-batu ...
Jadi akankah Negara kalian merampas semuanya
Seperti yang telah dikatakan?!

Oleh karena itu!
Catat pada puncak halaman pertama:
Aku tidak membenci orang
Tidak juga aku mengganggu
Tapi jikalau aku lapar
Daging para perampas akan menjadi santapan
Waspadalah …
Waspadalah ...
Akan kelaparanku
Dan kemarahanku!
(Mahmoud Darwis)

Ditulis khusus untuk ketua panitia Shar’i 2011,
Jangan lagi bingung, Sadarilah orang-orang menanti kilau cahya mu...
Termasuk rekan-rekan kosan naga ^^

Semangat....
ALLAHU AKBAR...
Sawangan, 27 Dzulhijjah 1431