Mozaik Rindu IV

Special for Ikhwah Min Risma Al Muhsinin

Di jalan kita (Dakwah), awal segala usaha disucikan dengan:
Bismillâhir-Râhmanir-Rahîm
In the Name of Allah The Most Gracious and The Most Merciful

“Derajat Dakwah kepada Allah adalah derajat paling mulia bagi seorang hamba di sisi-Nya.”
(Ibnu Qayyim Al Jauziah, Miftaah Daar As Sa’adah, I/153)

Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuhu

PERKENANKANLAH wahai Ikhwah Fillah, ku ucapkan terima kasih pada mu yang tidak terbatas hanya oleh angka-angka, oleh notasi-notasi, atau bahkan oleh bahasa yang sederhana ini. Terima kasih atas panas yang kau rasakan ketika kau menyertai ku dalam perjuangan ini. Terima kasih atas rasa kantuk yang kau lawan karena dakwah kita. Terima kasih atas rasa dingin yang kau tahan di malam-malam mabit kita. Rasa lelah yang telah kau tundukan, rasa malas yang telah kau kecewakan. Rasa takut yang telah kau gentarkan, terima kasih atas pengorbanan ini wahai saudara ku. Terima kasih wahai saudara ku atas perjuangan dan pertemuan ini.

Kita harus yakin, kebenaran (dakwah) akan selalu menemukan jalannya sendiri untuk muncul ke permukaan dan menyadarkan orang-orang. Kebenaran memang tak selalu menang. Tapi kebenaran tak pernah bisa dilumpuhkan. Kebenaran selalu menemukan cara untuk menyuarakan pihak mana yang dibelanya. Kadang dengan berbisik, tapi tak jarang mampu berteriak dengan lantang. Tapi yang pasti, ketika masa itu datang, satu persatu akan terbuka dengan terang. Dan saat ini kita telah merentas jalan itu.


Jangan hentikan perjuangan, jalan ini masih teramat panjang untuk dipandang dan teramat sulit untuk dirasakan. Karena; Kita adalah da’i sebelum segalanya

Tentang kemaafan ini, semoga saya dapatkan dari Akhi sebuah kalimat seperti yang diucap salah satu manusia yang paling kita cintai, "Bahkan ketika ada sebuah kesalahan yang ditakdirkan atasmu pada diriku, aku selalu menginginkan takdir kemaafanku mengiringinya!" Ah, betapa berharganya itu menjadi bekal untuk sebuah pertemuan. Pertemuan di hadapan Allah kelak.

Maka, Apapun yang terjadi, jangan sekali-kali kita lupakan dimana pertama kali kita letakkan batu pondasi istana nan megah perjuangan kita. Tak terikrar memang di lisan, tak terpikir memang dalam otak, tapi cukuplah Surga Allah atau Neraka Allah menjadi motivasi, dan pertemuan dengan Allah sebagai tujuan. Apapun yang terjadi kawan, apapun yanng terjadi, jangan lupakan. Jadi, sesekali tengoklah barang sebentar, tempat di mana batu perjuangan kita letakkan untuk pertama kalinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Dimodifikasi: 8 Muharam 1431, Cilegon