Refleksi SEMUT 2009: Sekedar Berbagi

Alhamdulillah satu semester sudah kita nikmati kebersamaan. Kebersamaan dalam batasan-batasan kesederhanaan. Ini hal yang sangat patut diyukuri saudara ku, karena keterbatasanlah yang membuat manusia benar-benar menjadi manusia. Keterbatasan menyuburkan rasa syukur,memunculkan rasa takut,dan menguatkan penghambaan. Sifat-sifat itulah yang layaknya ada pada manusia, dan adalah SEBI tempat yang tepat untuk melahirkan itu semua pada diri kita. Karena hanya manusia yang benar-benar manusialah yang kelak dapat menegakkan kembali kejayaan Islam.

Propeka, awal mula kita mengenal SEBI, berinteraksi. Awal mula bibit ukhuwah disemai. Awal mula rasa sabar dilatih, Sabar karena kehabisan air sampai untuk mandi pun berlama-lama kita mengantri, atau bahkan ada yang tidak sempat untuk mandi.

Kedua, ACCESS-I,kesadaran kita sebagai mahasiswa di perkuat. Tentang perjuangan yang harus dilanjutkan untuk membela rakyat dan menoreh sejarah peradaban. keduanya adalah mata rantai kedewasaan kita, agar makin sempurna penghambaan kita.


Evaluasi Kita Bersama
Dari tiap detik peristiwa yang telah kita alami bersama, harusnya tentu kita makin sadar tentang kewajiban dan amanah yang diemban. Karena SEBI adalah kampus dakwah, maka teruskanlah dakwah itu. Jangan robohkan pilar-pilar dakwah yang telah lama tertegak dengan kecintaan berlebihan kita pada kemaksiatan. Karena SEBI adalah singgasana ukhuwah, maka pereratlah ukhuwah itu, bukan mendikotomiskannya menjadi “pesantren” atau “SMA” atau mengkotak-kotakannya menjadi AS dan MPS, seakan keduanya adalah hal yang bertentangan dan saling bermusuhan. Tanpa sadar racun ‘rasa memiliki’ yang berlebihan telah merusak singgasana megah ukhuwah di SEBI, yang bisa jadi kita lah salah satu dari perusak tersebut.

Akhirnya, semoga Allah mengampuni tiap detik waktu yang kita lalui dengan kekhilafan atau bahkan kemaksiatan. Menyadarkan kita dari mimpi panjang kedangkalan berpikir. Untuk dakwah, untuk keimanan dan keislaman kita, dan bahkan untuk perjumpaan agung kita dengan Allah dan rasul-Nya, maka, tentu saja harus ada yang dikorbankan, harus ada kerja luar biasa karena balasan yang didapatkan pun luar biasa. Maka, tak ada waktu lagi kecuali kita bergerak dan berjuang, perjuangan yang lebih dari sekedar kata atau bahkan tulisan sederhana ini.

Ciputat, 4 Shafar 1431